Tulisan ini membahas secara singkat ras Hitam (Black Race) yang tersebar dari Andama sampai ke Maluku, dan Filipina. Bagaimana ras-ras hitam mendiami sebagai ras asli dan pemilik sah daerah kepulauan ini, dan bagaimana mereka dimusnahkan oleh migrasi ras-ras Asia masuk dan rampas tanah dari orang-orang kulit hitam dan rambut keriting itu. Ras-ras manusia dengan ciri kulit hitam dan rambut keriting disebut Negrito itu tersebar mulai dari kepulauan Andama hingga di Maluku dan Filipina di bagian utara. Wilayah yang saat ini dikuasai oleh majoritas ras Melayu sebagaimana telah dideskripsikan dalam tulisan-tulisan sebelumnya.
Divisi-divisi ras hitam ini terbagi ke dalam enam kelompok berdasarkan distribusi geografis sebagai berikut: 1). Divisi Negritos di Andama. 2). Divisi Negritos di Semenanjung Malaya. 3). Negritos Sumatra dan Jawa. 4). Divisi Negrito Selebes dan Borneo. 5). Divisi Malay-Austro di kepulauan Maluku dan Timor. Divisi-divisi ras hitam itu dapat dideskripsikan secara garis besar.
1). Divisi Andama
Kepulauan Andaman adalah bagian dari rangkaian pulau yang membentang dari Tanjung Negrais di Burma hingga Achin Head di Sumatera. Garis pulau-pulau ini membentuk satu sistem geografis, seolah-olah merupakan rangkaian pegunungan bawah laut, titik-titik tertinggi muncul di sana-sini di atas permukaan laut. Andama terdiri atas serangkaian pulau-pulau, seperti Preparis, dan kepulauan Cocos, dan cocos dapat dianggap sebagai bagian dari Andaman Grup. Andama Grup sendiri terdiri dari Andaman Besar dan Andaman Kecil dengan pulau-pulau terluarnya, pulau Landfal berada di titik paling utara dari kepualaun Andama, dan kepulauan Nicobar terletak di bagian selatan.
Sampai abad kesembilan belas Kepulauan Cocos tidak berpenghuni. Andaman dan Nicobar selama berabad-abad telah dihuni oleh dua ras yang sama sekali berbeda. Orang Andaman termasuk dalam cabang spesies manusia yang dikenal oleh para antropolog sebagai ras Negrito. Ciri mereka bertubuh pendek dengan kulit hitam dan rambut keriting. Sedang orang Nicobar di pulau Nicobar dihuni ras lain, mereka adalah ras Indo-Cina dan Malaya, ciri mereka memiliki kulit coklat dan rambut lurus (Radcliffe-Brown 1922: 2). Tentang asal-usul orang Negritos sebagai ras asli di kepualauan Andama, antropolog ternama Radcliffe-Brown menjelaskan bahwa “penduduk asli kepulauan Andama telah berada di sini selama berabad-abad. Tidak bisa dipastikan kapan mereka pertama kali mencapai pulau-pulau ini. Bukti geologi dan lainnya menunjukkan Andama pernah bersatu dengan daratan di sepanjang garis lipatan Arakan di zaman Tersier. Leluhur orang Negritos Andama telah mencapai pulau-pulau ini di masa itu, Ketika pulau-pulau ini masih tersambung dengan daratan Asia dan benua Sunda di zaman itu.
Edward Horace Man menjelaskan bahwa ras berwarna kulit hitam dan rambut keriting di kepulauan Andama adalah ras Negritos, dan mereka tidak bisa dikategori sebagai ras Papua. Orang Negrito di Andama memiliki relasi dengan orang Semang di semenanjung Malasya dan orang Aeta di Filipina. Orang Negrito Andama sebagai ras asli ditempati di daerah itu, mereka mendiami Andama pada masa perihistori (Horace Man 1885: 2). Pada 1779, angka populasi Negritos mencapai 10.000 jiwa, dan pada tahun 1858 telah terjadi penurunan angka penduduk sangat drastis terjadi, dan pada tahun 1971 jumlah mereka berkurang drastis tersisa 500 orang. Tren penurunan drastis ini menunjukkan negritos akan segera punah dalam waktu dekat (Dutta 1973: 3).
Ras Negritos Andama dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok berdasarkan tempat tinggal dengan variasi cultur dan linguistik yang berbeda. Pratap Dutta kelompokkan, ras Negritos ke dalam enam kelompok dan masih-masing kelompok dibagi ke dalam etnik-etnik kecil. Enam kelompok itu yakni: Andaman besar, Jarawa, Sentinelese, dan Onge. Populasi mereka tahun 1858 etnik Andama besar 3.500 orang dan tahun 1971 tersisa hanya 24 orang. Populasi etnik Jarawa tahun 1858 600 orang, dan tahun 1971 hanya 300 orang. Populasi etnik Sentinelese tahun 1901 117 orang dan tahun 1971 tersisa hanya 100 orang. Sementara populasi etnik Onge tahun 1858 ada 800 orang dan tahun 1971 tinggal tersisa 112 orang.
Ras negrito tersebut dibagi ke dalam sepuluh etnik kecil. Etnik-etnik yang menempati di bagian utara adalah Aka-Cari, Aka-Kora, Aka-Bo dan Aka-Jeru, sedang etnik-etnik yang mendiami di bagian selatan adalah Aka-Kede, Aka-Kol, Oko-Juwoi, A-Pucikwar, Akar-Bale, dan Aka-Bea. Suku-suku yang disebutkan di atas tidak semuanya sekarang terwakili dalam komposisi komunitas Andaman saat ini karena beberapa suku mereka telah punah sama sekali seperti suku Kede, Kol, Juwoi, Pucikwar dan Bea. Populasi negrito Andama sekarang sudah menjadi kurang dan sebagian besar sudah punah (Dutta 1973: 4-5).
Pemusnahan ras Negrito di Andaman ini dilakukan dengan dua cara. Pertama, kehadiran migran Asia baik Melayu dan Indo-Cina, dan Eropa di pulau-pulau Andama dan memusnahkan ras Negritos dengan senjata dan operasi militer. Dalam operasi militer Asia dan Eropa itu telah bunuh banyak populasi Negrito dan populasi mereka berkurang dan musnah. Kedua, para migran-migran itu telah membawa penyakit dan menyebarkan kepada penduduk asli Negrito seperti penyakit sipilis, TBC, dan penyakit menyular lainya.
2). Divisi Negrito di Semenanjung Malaya.
Divisi Negrito semenanjung Malaya terdiri atas semenanjung Malasya dan Thailand. Ras Negrito adalah ras asli yang mendiami wilayah ini senelum kedatangan divisi-divisi ras Asia, Indo-Cina, Sam-Sam, dan Melayu. Etnolog terkenal bernama Keane mengambarkan bahwa selain Cina dan Kling (India) dan pemukim baru lainya, penduduk Semenanjung terbagi dalam tiga kelompok ras yang berbeda: Negrito, Thai atau Siam, dan Melayu. Orang Negrito adalah ras yang paling tertua dan ras asli jutaan tahun tempati semananjung ini.
Orang Negrito terbagi dalam beberapa kelompok kecil yang tersebar di bagian pedalaman yang lebih sulit dijangkau. Mereka mewakili elemen asli yang sebenarnya, dan tampaknya termasuk dalam tipe primitif yang sama dengan apa yang disebut "Mincopies" dari Kepulauan Andaman, dan orang Aeta dari Kepulauan Filipina. Di sebelah utara Perak mereka dikenal dengan nama Semang (Samaiig), di selatan sungai itu dengan nama Sakei, dan di selatan Malaka sebagai Orang Benda, atau “Manusia Tanah”. Kedua ras itu telah berhubungan selama berabad-abad, sebagian besar telah berbaur dan berasimilasi dalam penampilan, adat istiadat, dan bahkan dalam berbicara. Keane mengatakan, ia telah identifikasi elemen Melanesia (Negrito], sisa-sisa ras asli, yang melalui percampuran dengan orang Melayu semakin digantikan ciri keasliannya. Di pegunungan Pahang dan Kelantan, sejauh Senggsra dan Ligor, saya telah menemukan populasi Melanesia. Orang-orang ini tidak diragukan lagi termasuk dalam stok Melanesia” (Keane 1887: 7).
Divisi Negrito, Senoi, dan Proto-Malay di Tailand Selatan dan Semenanjung Malasya telah intermediasi secara linguistik dan asimilasi perkawinan yang telah terbentuk keturunan campuran dan asimilasi budaya. Orang Semang atau Negrito dikenal sebagai suku Orang Asli yang paling di tempati Semenanjung Malaysia. Menurut teori evolusi manusia ala Darwin orang Semang migrasi dari Afrika 25.000 tahun yang lalu. Menurut orang Semang/Negrito sendiri, mereka berasal dari dalam tanah di wilayah itu, karena itu orang Semang sebut diri mereka sebagai Manusia Tanah. Suku Orang Asli ini juga memiliki populasi paling sedikit di antara ketiga kelompok Orang Asli lainya – Senoi dan proto-Melay - pemukiman mereka terisolir dan tersebar. Sebagian besar orang Negrito tersebar di bagian utara dan tengah Semenanjung Malaysia (Macaulay, et al. 2005).
Berdasarkan sensus tahun 2010 populasi mereka menjadi 5% dari total populasi tiga kelompok orang asli tersebut, dan populasi Melayu menjadi kelompok dominan dengan 55%, sedang ras Senoi 42%. Senoi adalah kelompok ras Mongoloid dengan ciri-ciri mirip dengan orang Cina dan Tibet. Kelompok negrito terbagi dalam dua kelompok, kelompok utara disebut Semang, dan kelompok Selatan disebut Sakhai, istilah Sakhai mengandung makna hinaan. Negritos Semang dan Sakhai terbagi ke dalam enam sub-kelompok yang berbeda yaitu; (1) suku Kensiu (Timur Laut Kedah), (2) Kintak (perbatasan Kedah-Perak), (3) Jahai (Perak Timur Laut dan Kelantan Barat), (4) Lanoh (Perak Tengah Utara), (5) Mendriq (Kelantan Tenggara), dan (6) Bateq (Barat Laut Terengganu, Pahang Timur Laut dan Kelantan Selatan) (Tarmiji Masron, at el 2015: 84-88).
Populasi Negrito Semang dan Sakhai mengalami kepunahan karena serangan kelompok migran Melayu, Cina dan India yang ekspansi dan ambil alih tanah mereka. Ras Negrito dibunuh dan dimusnahkan sebagian besar populasi dan mereka diusir ke pedalaman dan pegunungan, dimana saat ini mereka tinggal. Para kolonial Asia dan Eropa juga telah menyebarkan virus seperti sipilis, TBC, dan penyakit menular lain di kalangan orang Negrito untuk memusnahkan mereka.
0 Comments